66. Al Wahid
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
[163]
Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang Maha Esa; tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain dari Allah, yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
quran 2:163
Al-Wahid adalah sesuatu yang tidak bisa dipecah dan tidak ada duanya. Jadi Allah adalah satu-satunya dan tiada duanya. Maka bila ada orang mengatakan ada tuhan selain-Nya maka itu adalah perkataan batil.
Jika disebut Al-Wahid dalam konteks asmaul husna maka Dia adalah tunggal, tidak bisa dipecah, tidak bisa ditambah bilangannya menjadi dua dan seterusnya.
Adapun pengertian sesuatu yang tidak bisa dipecah adalah seperti benda berharga logam mulia. Disebut Al-Wahid karena tidak mungkin dibagi-bagi. Maka dikatakan Dia adalah Esa, Dia tidak ada bagiannya lagi. Demikian juga titik, tidak bisa dibagi.
Allah Ta’ala adalah Wahid dengan pengertian bahwa Allah mustahil terbagi pada Dzat-Nya, karenanya Allah tidak melahirkan dan dilahirkan. Karena jika melahirkan maka ia termasuk bagian dari yang dilahirkan. Begitu juga sebaliknya.
Adapun yang dimaksud tidak ada duanya adalah tidak ada tandingannya. Orang mungkin bisa mengatakan ini tuhan dan patung itu tuhan, tapi itu tidak sama dengan ke Tuhanan Allah. Tidaklah sama antara yang menciptakan dengan yang diciptakan. Selalu Allah katakan demikian di Al-Qur’an supaya hamba-Nya paham perbandingannya, bahwa tuhan yang sebenarnya memiliki sifat-sifat yang tidak akan pernah dimiliki oleh tuhan-tuhan yang diklaim oleh orang-orang kafir. Sampai-sampai Allah berfirman,
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah,” (Al-Hajj: 73).
Orang-orang kafir akan dimasukkan ke neraka bersama dengan tuhan-tuhan mereka. Lantas bagaimana tuhan bisa masuk neraka? Itu menunjukkan bahwa tuhan mereka tidak dapat memberi manfaat di dunia dan akhirat, bahkan untuk dirinya sendiri.
Termasuk manusia yang dianggap tuhan seperti Nabi Isa, Isa tidak dapat menyelematkan diri. Jika ia tuhan, ia tidak akan meminta bantuan Allah ketika dikejar-kejar mau disalib dan dibunuh. Itu menunjukkan bahwa kemusyrikan dan kekufuran membuat manusia *****, membuat manusia tidak memahami hakikat Tuhan dan hamba. Melihat sesuatu yang aneh sedikit saja dianggap tuhan.
Hanya karena melihat sesuatu yang aneh, lantas mereka jadikan sebagai tuhan. Seperti matahari mereka anggap aneh sehingga banyak orang yang menganggapnya tuhan. Bila logika seperti ini, maka tuhannya bisa banyak sekali.
Allah katakan, apakah sama orang yang memiliki satu tuhan yang satu dengan yang memiliki dua tuhan?. Pastilah tidak sama, orang yang memiliki dua tuhan pasti akan pusing, satu menyuruh A dan satunya lagi menyuruh B.
Bila ada dua tuhan yang mengatur bumi, maka bumi ini akan hancur. Tuhan satu minta supaya bumi berputar, satunya lagi minta bumi goyang.
Logika sederhana di atas menunjukkan bahwa Allah adalah Esa, tidak ada duanya. Beda halnya dengan makhluk yang mungkin ada duanya.
Dalam kehidupan manusia juga disebut ini orang satu-satunya jika tidak ada orang yang menyamainya dari komunitas dan masyarakatnya dalam hal kebaikannya. Orang seperti ini bisa disebut tiada duanya. Seperti halnya Abu bakar, beliau tidak ada dunya. Beliau unggul dalam semua hal.
Makhluk Allah bisa dikatakan tiada duanya alias tunggal karena ada perbandingannya dan waktunya. Karena mungkin saja akan muncul lagi orang semisalnya di waktu lain.
Untuk itu, tidak ada yang mutlak keesan-Nya kecuali Allah Ta’ala. Dengan demikian, Al-Wahid memiliki dua makna, yaitu tunggal dan tiada bandingannya. Tidak ada yang menyerupai-Nya dari sesuatu apapun. Logikanya sederhana, karena Allah adalah Khaliq (pencipta). Pencipta pasti akan menciptkan sesuatu di bawah kemampuan-Nya. Begitulah jauhnya perbedaan antara Khaliq dengan makhluk. Allah katakan,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah: 17-20)
Semua itu akan melahirkan jawaban bahwa Allah Esa, tidak ada duanya. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya mempelajari ilmu alam untuk memperkuat tauhid. Allah berfirman;
“Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat (Tanda-tanda Kekuasaan) kami di ufuk (tepi langit) dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran ini sebenarnya (dari Allah). Tidakkah cukup bahwa Tuhanmu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment