92. An Nafi'




AL NAFI’ = MAHA PEMBERI MANFAAT

Allah adalah Pencipta Kebaikan. Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya yang paling baik dan telah memberikan kepada kita karunia yang membuat kita unik dan unggul di antara seluruh makhluk yang lain. Karunia tertinggi yang diberikan-Nya kepada manusia adalah akal, hati nurani, dan iman.

Itu semua adalah sarana yang diajarkan-Nya kepada kita untuk membedakan dan memilih apa yang terbaik bagi diri kita sendiri. Manusia juga unik karena memiliki kehendak satu-satunya di dalam alam semesta, selain Allah. Kehendak kita yang kecil hanya dapat dikalahkan oleh kehendak Allah yang lebih besar. Keterbatasan ini mengandung arti bahwa kita tidaklah bebas dan dibiarkan dengan kehendak kita sendiri.


Allah telah memberikan kita kebebasan hanya agar kita dapat memutuskan apakah kita akan tunduk kepada kehendak Allah, memerintah atas nama-Nya, menjadi makhluk terbaik, dan memiliki yang terbaik diantara makhluk, ataukah kita akan durhaka, menyebabkan kejatuhan diri kita sendiri, dan ditolak dari rahmat Allah, seperti halnya iblis.

Kemampuan kita untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan bukanlah ujian bagi Allah untuk menyaksikan bagaimana hamba-Nya akan bersikap. Allah telah menciptakan takdir kita sebelum Dia menciptakan kita, oleh karena itu Dia sudah mengetahui apa yang akan kita kerjakan. Hanya orang yang beriman kepada takdir yang akan dilindungi darinya!

Kasih sayang Allah terus-menerus diberikan kepada kita, seperti kebaikan yang telah diciptakan-Nya. Kehendak kita tidak dapat membawa apa pun yang menjadi hak orang lain kepada kita, atau mencegah apa pun nasib yang sampai kepada kita. Kita juga tidak dapat memilih apa yang lebih kita sukai, karena seringkali apa yang kita pilih tergelincir dari tangan kita, sedangkan apa yang tidak pernah kita inginkan malah mengejar-ngejar kita. Dan sekalipun kita memiliki apa yang kita pilih, ia pasti akan datang kepada kita.


Jika kita melihat kepada alam semesta, apa yang kita saksikan adalah kehendak Alloh, apa yang tampaknya kita pilih adalah kehendak Allah. Kehendak kita yang kecil hanya berisi kemampuan kita membuka mata kita untuk menerima semua kebaikan yang dikehendaki Allah kepada kita, atau untuk menutup mata kita dan tidak menerima apa-apa. Seakan-akan kekayaan Allah itu terus-menerus turun laksana air hujan. Kita haruslah ada untuk menerimanya.

Kalau kita tidak berada, maka ia akan hilang dengan percuma. Agar ada, kita harus membuka mata, pikiran, hati, dan tangan kita. Kita harus sadar dan terjaga. Itulah cara kita melihat dan menerima kebaikan yang telah diciptakan Allah.


BAGIAN HAMBA

Abd Al Nafi’ adalah orang yang melihat dan menerima kebaikan yang telah Allah ciptakan dan diwajibkan untuk membagi-bagikan karunia Allah, yang terbesar adalah ilmu dan iman, kepada orang yang memang pantas menerimanya. Dia seperti Nabi Khidir, jiwa yang pernah hadir dalam bentuk materi, yang menolong orang-orang beriman yang memerlukan, dan mengikuti jalan maupun teladannya.


Hamba yang meneladani sifat Al Nafi’diharapkan dapat memberi manfaat sebanyak mungkin kepada makhluk-makhluk Allah, karena : “Sebaik-baik kamu adalah sebanyak-banyak manfaat yang diberikannya kepada manusia”. Sebagaimana sabda Nabi SAW, manfaat tersebut hendaknya yang bersifat konkrit. Bukankah Alloh menyebut hal-hal konkrit ketika mengisyaratkan manfaat yang dianugerahkan-Nya.



قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ


[188]
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku dan tidak dapat menolak mudarat kecuali apa yang dikehendaki Allah. Dan kalau aku mengetahui perkara-perkara yang ghaib, tentulah aku akan mengumpulkan dengan banyaknya benda-benda yang mendatangkan faedah dan (tentulah) aku tidak ditimpa kesusahan. Aku ini tidak lain hanyalah (Pesuruh Allah) yang memberi amaran (bagi orang-orang yang ingkar) dan membawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.


(QS.Al Araf (7) : 188),



[17]
Dan jika Allah mengenakan (menimpakan) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada sesiapa pun yang dapat menghapuskannya melainkan Dia sendiri; dan jika Ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka Ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

(QS. Al An’am (6) : 17).


[123]
Dan peliharalah diri kamu dari (huru-hara) hari kiamat (yang padanya) seseorang tidak dapat mengganti atau melepaskan orang lain sedikitpun, dan tidak akan diterima daripadanya sebarang tebusan, dan tidak akan memberi manfaat kepadanya sebarang syafaat; dan orang-orang yang salah itu tidak akan ditolong (dari azab sengsara).

(QS. Al Baqoroh (2) : 123),



Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri (QS.An Nisa’ (4) : 79).

“Ya Allah Ya Tuhanku, Engkau adalah An-Nafi’ yang menganugerahkan manfaat bagi seluruh makhluk-Mu. Aku bermohon kiranya Engkau mempersaksikan aku cahaya nama-Mu An-Nafi’, sehingga aku tidak bersandar kepada selain-Mu. Tidak juga mengharap kecuali pada-Mu. Wahai Tuhan Yang Maha Pelindung, Maha Penolong lagi Maha Luas, jadikanlah aku bermanfaat bagi seluruh hamba-Mu, menerima dengan puas seluruh kehendak-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Wallohu ‘alam bisshowab.

No comments:

Post a Comment