60. Al Muhyi
Sifat Allah SWT memiliki sifat yang maha agung, memperlihatkan maha kuasa-Nya atas segala sesuatu. Pembahasan Asmaul Husna kali ini, Al-Muhyi atau Maha Menghidupkan mengingatkan seseorang bahwa sejatinya hidup dan mati ada pada ketentuan-Nya.
Sifat Al-Muhyi mengingatkan manusia tidak ada seseorang yang hidup tanpa kuasa-Nya. Allah pemilik langit dan bumi, kuasa-Nya sangat berkenan atas sesuatu yang dikehendaki. Tugas manusia sebagai hamba, seyogyanya memaksimalkan ibadah yang baik dalam kehidupan ini.
Di dalam al-Qur’an, Allah telah memberitahu kepada umat manusia bahwa tidak ada di dunia ini yang kekal abadi. Pengabdian seorang hamba dalam menjalakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, memperlihatkan sejauh mana seseorang menjadi hamba yang bertaqwa.
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَإِلَيْنَا الْمَصِيرُ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami–lah tempat kembali (semua makhluk),” Q.S Qof : 43.
Hingga demikian tanggung jawab manusia di muka bumi, yang akhirnya seseorang perlu hayati. Tidak saja menjadi hamba yang bertaqwa, namun sebagai pemimpin harus mampu mengayomi masyarakat atau dirinya sendiri.
Sebagai khalifah fil ard seyogyanya manusia berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Kehidupan yang telah Allah hadirkan, tidak lain sebagai ladang amal untuk bekal di dunia dan akhirat. Diharapkan keberkahan dan ridho Allah tercurahkan dalam langkah aktivitas kita.
Allah memang di antaranya memiliki sifat Maha Menghidupkan, namun jangan sampai kelalaian kita memaknai arti kehidupan kurang mengetahui tanggung jawab diturunkannya manusia di muka bumi.
Karena sejatinya apa yang telah seseorang lakukan mau atau tidak, kita akan kembali kepada-Nya. Sehingga sejauh mana persiapan yang telah Allah berikan kehidupan kepada kita, karena sebenarnya apa yang kita miliki tidak lain adalah titipan yang harus kita manfaatkan dengan baik selama kita hidup.
Dari Abdullah ibnul Abdullah mengisahkan bahwa suatu hari ia tengah berada di kota Mekkah yang dialnda kemarau panjang. Ketika itu, ia duduk di pintu Bani Syaibah, ia melihat seorang budak hitam mengambil tempat tersembunyi di Masjidil Haram. Ia pun mendekati dan mendengarkannya tengah berdoa minta pertolongan Allah dengan khusyuk agar turun hujan. Tak lama turun hujan. Sedangkan budak hitam itu masih saja bertasbih dan bersyukur. Setelah itu ia mengikuti kemana pulangnya budak hitam itu. Segera ditemuinya pemilik si budak itu dan membeli budak tersebut. Setelah berkenalan ia tahu, budak itu makan hanya dari jerih payahnya. Jika ia mendapat rezeki, ia makan. Tapi jika tidak mendapat rezeki, ia akan tertidur karena kelaparan. Budak lain yang bekerja pada tuan si budak hitam mengatakan budak hitam itu tidak pernah tidur malam hari. Selang beberapa waktu, si budak hitam mengajukan pertanyaan pada Abdullah, kenapa mau membelinya. Abdullah berkata, “Aku tergerak membelimu ketika kusaksikan kau berdoa meminta turun hujan, saat itu juga hujan turun. Maka aku berkata dalam hati untuk membelimu untuk aku merdekakan dan aku nikahkan.” Mendengar jawaban itu si budak hitam menangis dan pergi meninggalkan Abdullah untuk shalat. Setelah selesai ia mendatangi Abdullah kembali dan berakata, “Wahai Abdurrahman, apakah Anda menginginkan sesuatu dariku? Karena aku akan segera pergi?” Abdullah bertanya pergi kemana dan dijawwab si budak hitam ingin pergi ke akhirat. Lalu Adullah berate kembali, “Jangan lakukan itu. Beri aku kesempatan memerdekakan dan menikahkanmu dengan seorang wanita.” Tetapi, si budak hitam malah menjawab, “Aku tidak akan dapat menikmati indahnya kehidupan setelah terbuka rahasia hubungan yang terjalin antara diriku dengan Allah. Aku ingin selalu menyembah Allah secara sembunyi-sembunyi. Karena ibadah yang paling ikhlas adalah yang dilakukan secara tersembunyi.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia bersujud sambil berkata, “Wahai, Tuhanku. Ambillah nyawaku. Ambillah nyawaku.” Kemudian Abdullah mendekatinya, dan mendapati ia telah wafat. Subhanallah.
Manusia tidak lain hanyalah berusaha dan berdoa. Berusaha sesuatu (pekerjaan) yang telah direncanakan, pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT. Karena itu kesempatan seseorang hidup yang akhirnya mengukur sejauh mana mereka melakukan perbuatan; perbuatan baik atau sebaliknya. Bahkan disebutkan sebuah ayat di al-Qur’an bahwa kehidupan ini tidak lain hanyalah ladang amal untuk bekal di akhirat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment